Monday, 21 December 2015

Tips Menghafal Al-Qur'an Bagian 1



Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Bissmilahirrahmanirrahim
Tahfidz atau menghafal al-Qur'an adalah suatu perbuatan terpuji. sebab, orang yang menghafalkan al-Qur'an merupakan salah satu hamba yang ahlullah di muka bumi. oleh karena itu tidaklah mudah dalam menghafal al-Qur'an dibutuhkan metode-metode khusus dalam menghafal al-Qur'an. Serta disertai doa kepada Allah SWT, agar diberi kemudahan dalam menghafalkan ayat-ayat-Nya yang begitu banyak dan rumit.
Kegiatan mnghafal al-Qur'an juga merupakan sebuah proses, mengingat seluruh materi ayat (rincian bagiannya, seperti fonetik, waqaf, dan lain-lain) harus dihafal dan diingat secara sempurna. sehingga, seluruh proses pengingatan terhadap ayat dan bagian-bagiannya dimulai dari proses awal hingga pengingatan kembali (recalling) harus tepat. apabila salah dalam memasukan atau menyimpan suatu materi , maka akan salah pula dalam mengingat kembali materi tersebut. bahkan, materi tersebut sulit untuk ditemukan kembali dalam ingatan manusia.
menurut Atkinson, salah seorang psikolog, mengatakan bahwa sangat penting untuk membuat perbedaan dasar mengenai ingatan seseorang. Ada tiga tahapan tentang ingatan seseorang, sebagaimana berikut :

A. Memasukan Informasi Kedalam Ingatan

Memasukan informasi kedalam ingatan atau disebut encoding adalah proses memasukan data informasi kedalam ingatan. melalui dua alat indra manusia yaitu penglihatan dan pendengaran. Oleh sebab itu, sangat dianjurkan untuk mendengar suara sendiri pada saat seseorang  sedang menghafalkan al-Qur'an supaya kedua alat fungsi tersebut bisa bekerja dengan sebaik mungkin.
Oleh karena itu, untuk membantu memudahkan dalam menghafal al-Qur'an sangat dianjurkan untuk menggunakan satu model  al-Qur'an dan dipakai secara istiqomah, serta tetap supaya tidak berubah-ubah strukturnya dalam peta mental.

B. Penyimpanan Informasi atau Materi ke Dalam Memori

Setelah melakukan proses memasukan informasi kedalam ingatan, maka proses selanjutnya ialah penyimpanan informasi kedalam gudang memori, yang terletak di dalam memori jangka panjang. Dan proses penyimpanan  informasi mempunyai dua metode, sebagaimana berikut :
1. Bersifat otomatis yang biasanya merupakan pengalaman-pengalaman menarik dan istimewa, sehingga bisa dikenal dan diterima dengan baik.
2. Proses penyimpanan harus diupayakan kesungguhan, karena informasi tersebut telah dianggap penting dan sangat diperlukan pengamatan yang serius.

Adapun untuk proses penghafalan al-Qur'an menggunakan metode yang kedua, harus diupayakan secara sungguh-sungguh dan serius supaya hafalan tersimpan dalam gudang memori dengan baik, serta tidak mudah lupa atau pudar hafalannya. Salah satu usaha agar hafalan-hafalan dapat diingat dengan baik dan dapat masuk kedalam memori jangka panjang adalah dengan istiqomah mengulang-ulangnya.
Para penghafal al-Qur'an diwajibkan untuk melakukan kegiatan mengulang-ulang (takrir) hafalannya agar tidak mudah hilang, sampai benar-benar lancar.

C. Pengungkapan kembali

Hafalan yang telah disimpan digudang memori membutuhkan pengulngan kembali. maka dalam menghafal kita harus memahami urutan ayat sebelum dan sesudahnya. sehingga dibutuhkan pengulangan satu atau dua ayat yang telah dihafalkan terakhir sebelum dilanjutkan, sehingga menjadi pancingan kepada ayat berikutny.

Demikianlah beberapa tips dan metode pada bagian pertama ini, insyaAlla akan kita lanjutkan pada bagian yang berikutnya. wallahu'alam bis shawab.

Sumber : Alawiyah Wahid, Wiwi. Cet VII 2014. "Cara Cepat Bisa Menghafal Al-Qu'ran". Jogjakarta: Diva Press.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb. 

Tuesday, 7 April 2015

Peran Moskow Dalam Menjaga Rezim Vampir di Suriah

Saat menanti tanggal 6/4/2015, dimana akan digelar di Moskow konsultasi putaran kedua, Presiden (vampir) Suriah Bashar al-Assad melakukan wawancara dengan surat kabar Rusia “Rossiyskaya Gazeta”. Dalam menjawab pertanyaan wartawan, Assad mengatakan: “Sehubungan dengan keberadaan Rusia di berbagai daerah dunia, termasuk di Mediterania timur, di pelabuhan Tartus Suriah, sangat penting untuk menjaga keseimbangan yang hilang dari dunia setelah jatuhnya Uni Soviet. Sehingga, bagi kami ketika keberadaan Rusia kuat di wilayah ini, maka stabilitas akan lebih baik. Sebab Moskow memainkan peran yang sangat penting dalam memperkuat stabilitas di kawasan itu.
*** *** ***
Rusia secara riil sudah mendukung keseimbangan dalam krisis Suriah, tapi ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan perdamaian dan stabilitas di kawasan itu, di mana Moskow mempersenjatai dan mendukung secara terbuka terhadap kejahatan rezim vampir Assad, yang menghancurkan dan membantai rakyat Suriah sejak empat tahun lalu.
Mengapa surat kabar “Rossiyskaya Gazeta” tidak menanya sang pembantai Assad tentang ratusan ribu warga Suriah yang dibantai, termasuk orang tua dan perempuan? Mengapa tidak ada satu katapun dalam wawancara itu tentang anak-anak yang mati dan terluka, yang jumlahnya mencapai puluhan ribu, menurut statistik resmi? Dan mengapa surat kabar tidak mempublikasikan fakta-fakta penyiksaan brutal terhadap para tahanan di penjara rezim vampir ini? Tidakkah sangat telanjang fakta-fakta mengerikan terkait kejahatan keji yang dilakukan oleh rezim Bashar al-Assad ini?
Semua itu adalah bentuk sikap membisu terhadap kekejaman yang dilakukan pada kaum Muslim di Suriah, ini adalah peran Rusia dalam apa yang disebutnya dengan “dukungan untuk perdamaian dan stabilitas”. Pada saat sang vampir Assad mengalirkan sungai darah kaum Muslim di Suriah, Moskow mempersenjatai sang vampir dan menutup mata atas kejahatan kejinya. Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa “di penjara Suriah telah disiksa sampai mati sebanyak 12.751 tahanan, termasuk 108 anak-anak.” Tapi mengapa Kementerian Luar Negeri Rusia tidak mengomentari fakta-fakta mengerikan ini?
Tentu, keinginan musuh-musuh Islam dan kaum Muslim tidak akan menghentikan penderitaan yang tengah diderita kaum Muslim. Namun hari dimana umat Islam akan mendapatkan pertolongan dari kaum Anshar sudah sangat dekat. Pada saat itu Khilafah yang sesuai metode kenabian akan tegak, yang akan memperkuat stabilitas di dunia dengan nyata dan sebenarnya. Dan kemudian kaum Muslim akan meminta pertanggungjawaban kepada semua yang terlibat dalam menciptakan penderitaan kaum Muslim. Allah SWT berfirman: “Lalu mereka akan menggeleng-gelengkan kepala mereka kepadamu dan berkata: Kapan itu (akan terjadi)?” Katakanlah: “Mudah-mudahan waktu berbangkit itu dekat.” (TQS. Al-Isrā’ [17] : 51). [Sulaiman Ibrahimov]

Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 6/4/2015.

Ustadz Budi Ashari, Lc. : Pantas mereka takut

(Arrahmah.com)Anak-anak muda yang membahayakan. Para teroris hadir. Sel-sel baru bermunculan. Pengajian-pengajian sumbernya. Masjid pusatnya. Terutama masjid sekolah-sekolah dan kampus. Kumpulan mereka perlu diwaspadai dan diawasi.
Lihatlah pola yang menggiring secara bertahap tapi pasti.Hasilnya sangat terlihat. Para orangtua banyak yang khawatir begitu melihat anaknya berubah menjadi baik. Seorang ibu ketakutan saat melihat anaknya liburan dari pesantrennya, karena melihat pakaian putrinya itu sangat rapi menutup aurat sesuai syariat Islam. “Apa anak saya sudah kerasukan pemikiran radikal?”
Efek buruk dan jahat ini merasuki otak dan hati para orangtua tanpa disadari. Dan anehnya, para orangtua lebih nyaman melihat anaknya bergaul tanpa batas. Itulah yang dianggap wajar. Mereka senang melihat anaknya menghabiskan waktu untuk melamun, karena dianggapnya sedang puber. Aneh….
Dan akhirnya para orangtua tanpa disadari memberi ‘wejangan’, “Hati-hati kalau ngaji di masjid.” Anak-anak muda yang rumit memilah jenis pengajian, akhirnya memutuskan untuk duduk-duduk di kafe, nongkrong di jalanan, bahkan tempat-tempat dosa. Dan mereka pun jauh dari masjid.
Luar biasa bukan…rencana jahat menjauhkan generasi muda dari masjid. Karena mereka sadar, tapi kita tidak sadar. Mereka tahu, tapi kita tidak tahu. Mereka membaca sejarahnya, kita tidak. Bahwa kebangkitan Islam itu berawal dari kebangkitan anak-anak mudanya.
Dengarkan penjelasan Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya saat menjelaskan tentang kata: Fityah (pemuda), dalam Surat Al Kahfi,
“…Untuk itulah kebanyakan yang menyambut (seruan) Allah dan Rasul Nya shallallahu alaihi wasallam adalah pemuda. Adapun orang-orang tua dari Quraisy, kebanyakan mereka tetap bertahan dalam agama mereka dan tidak masuk Islam kecuali sedikit saja.”
Untuk lebih menjelaskan kalimat tersebut, mari kita baca tulisan DR. Mahmud Muhammad ‘Imaroh, Dosen Universitas Al Azhar Mesir. Beliau menuliskan data usia mereka yang masuk Islam di masa dakwah rahasia Nabi (sepanjang 3 tahun), dalam buku beliau Khawatir wa taammulat fis sirotin nabawiyyah, h. 125-129. Beliau mengambilnya dari dari Majalah Al Wa’yu Al Islamy, Edisi 77. Perlu diingat di awal, jika ada perbedaan tentang usia dalam buku-buku siroh adalah merupakan hal yang wajar. Di sini dinukilkan apa adanya dari buku tersebut:
  1. Ali bin Abi Thalib 8 tahun
  2. Zubair bin Awwam 8 tahun
  3. Thalhah bin Ubaidillah 12 tahun
  4. Arqam bin Abil Arqam 12 tahun
  5. Abdullah bin Mas’ud Menjelang 15 tahun
  6. Said bin Zaid Belum 20 tahun
  7. Saad bin Abi Waqqash 17 tahun
  8. Mas’ud bin Rabi’ah 17 tahun
  9. Ja’far bin Abi Thalib 18 tahun
  10. Shuhaib Ar Rumi belum 20 tahun
  11. Zaid binHaritsah menjelang 20 tahun
  12. Utsman bin Affan sekitar 20 tahun
  13. Thulaib bin Umair sekitar 20 tahun
  14. Khabbab bin Art sekitar 20 tahun
  15. Amir bin Fuhairoh 23 tahun
  16. Mush’ab bin Umair 24 tahun
  17. Miqdad bin Aswad 24 tahun
  18. Abdullah bin Jahsy 25 tahun
  19. Umar bin Khattab 26 tahun
  20. Abu Ubaidah bin Jarrah 27 tahun
  21. Utbah bin Ghazwan 27 tahun
  22. Abu Hudzaifah bin Utbah sekitar 30 tahun
  23. Bilal bin Rabah sekitar 30 tahun
  24. Khalid bin Said sekitar 30 tahun
  25. Amr bin Said sekitar 30 tahun
  26. Ayyasy bin Abi Rabi’ah sekitar 30 tahun
  27. Amir bin Rabi’ah sekitar 30 tahun
  28. Nu’aim bin Abdillah sekitar 30 tahun
  29. Utsman bin Madz’un sekitar 30 tahun
  30. Abdullah bin Madz’un 17 tahun
  31. Qudama bin Madz’un 19 tahun
  32. Saib bin Madz’un sekitar 10 tahun
  33. Abu Salamah bin Abdul Asad sekitar 30 tahun
  34. Abdurahman bin Auf sekitar 30 tahun
  35. Ammar bin Yasir antara 30-40 tahun
  36. Abu Bakar 37 tahun
  37. Hamzah bin Abdul Muthalib 42 tahun
  38. Ubaidah bin Harits 50 tahun
  39. Amir bin Abi Waqqash masuk Islam setelah urutan orang ke-10
  40. As Sail bin Utsman syahid di perang Yamamah (11 H) umurnya masih 30 tahun
Dan ini kalimat DR. Mahmud Muhammad ‘Imaroh,
Walau Quraisy terus menerus melakukan teror dan intimidasi terhadap orang-orang lemah…tetapi anak-anak muda itu justru mengumumkan keislaman mereka, dengan konsekuensi yang sedang menanti mereka berupa kesulitan hidup…dan terkadang harus mati!
Deretan angka-angka di atas menunjukkan kebenaran kalimat Ibnu Katsir bahwa kebesaran Islam ini lebih banyak ditopang oleh anak-anak muda.
Sebenarnya, skenario menjauhkan cara pandang yang benar terhadap generasi muda bukan hanya dilakukan sekarang dengan pola seperti ini. Berbagai cara dan pola telah lama mereka laksanakan.Mereka menyusupkan dengan perlahan tapi pasti berbagai teori racun. Targetnya jelas: menjauhkan anak-anak muda dari kebaikan mereka dan masjid mereka.
Seperti berbagai penelitian yang menyampaikan bahwa remaja adalah usia kerusakan, kegundahan, keguncangan, krisis, kenakalan. Pelajaran ini benar-benar tertanam pada orangtua. Sehingga, lagi-lagi mereka meyakini bahwa remaja harus melalui semua masalah itu. Jika ada anaknya yang baik-baik saja dan tidak melalui kekacauan itu, orangtua akan berkata, “Apa anak saya tidak normal ya?”
Lihatlah sebuah skenario besar dalam rentang puluhan bahkan ratusan tahun. Dan mereka berhasil meracuni pemikiran para pendidik dan orangtua muslim.
Padahal pemuda begitu positif dalam bahasa ayat, hadits dan ulama. Sehingga perlu sebuah upaya besar untuk membalik cara pandang tersebut sekaligus memberi obat dari masalah yang dihadapi oleh para pemuda kita.
Pemuda adalah kekuatan, inspirasi, kreatifitas, ledakan ruhiyah, ketegaran, kesegaran, enerjik, karya besar dan penopang peradaban Islam.
Pantas mereka takut ..
Ustadz Budi Ashari, Lc.
(adibahasan/arrahmah.com)
(Arrahmah.com) – Anak-anak muda yang membahayakan. Para teroris hadir. Sel-sel baru bermunculan. Pengajian-pengajian sumbernya. Masjid pusatnya. Terutama masjid sekolah-sekolah dan kampus. Kumpulan mereka perlu diwaspadai dan diawasi.
Lihatlah pola yang menggiring secara bertahap tapi pasti.Hasilnya sangat terlihat. Para orangtua banyak yang khawatir begitu melihat anaknya berubah menjadi baik. Seorang ibu ketakutan saat melihat anaknya liburan dari pesantrennya, karena melihat pakaian putrinya itu sangat rapi menutup aurat sesuai syariat Islam. “Apa anak saya sudah kerasukan pemikiran radikal?”
Efek buruk dan jahat ini merasuki otak dan hati para orangtua tanpa disadari. Dan anehnya, para orangtua lebih nyaman melihat anaknya bergaul tanpa batas. Itulah yang dianggap wajar. Mereka senang melihat anaknya menghabiskan waktu untuk melamun, karena dianggapnya sedang puber. Aneh….
Dan akhirnya para orangtua tanpa disadari memberi ‘wejangan’, “Hati-hati kalau ngaji di masjid.” Anak-anak muda yang rumit memilah jenis pengajian, akhirnya memutuskan untuk duduk-duduk di kafe, nongkrong di jalanan, bahkan tempat-tempat dosa. Dan mereka pun jauh dari masjid.
Luar biasa bukan…rencana jahat menjauhkan generasi muda dari masjid. Karena mereka sadar, tapi kita tidak sadar. Mereka tahu, tapi kita tidak tahu. Mereka membaca sejarahnya, kita tidak. Bahwa kebangkitan Islam itu berawal dari kebangkitan anak-anak mudanya.
Dengarkan penjelasan Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya saat menjelaskan tentang kata: Fityah (pemuda), dalam Surat Al Kahfi,
“…Untuk itulah kebanyakan yang menyambut (seruan) Allah dan Rasul Nya shallallahu alaihi wasallam adalah pemuda. Adapun orang-orang tua dari Quraisy, kebanyakan mereka tetap bertahan dalam agama mereka dan tidak masuk Islam kecuali sedikit saja.”
Untuk lebih menjelaskan kalimat tersebut, mari kita baca tulisan DR. Mahmud Muhammad ‘Imaroh, Dosen Universitas Al Azhar Mesir. Beliau menuliskan data usia mereka yang masuk Islam di masa dakwah rahasia Nabi (sepanjang 3 tahun), dalam buku beliau Khawatir wa taammulat fis sirotin nabawiyyah, h. 125-129. Beliau mengambilnya dari dari Majalah Al Wa’yu Al Islamy, Edisi 77. Perlu diingat di awal, jika ada perbedaan tentang usia dalam buku-buku siroh adalah merupakan hal yang wajar. Di sini dinukilkan apa adanya dari buku tersebut:
  1. Ali bin Abi Thalib 8 tahun
  2. Zubair bin Awwam 8 tahun
  3. Thalhah bin Ubaidillah 12 tahun
  4. Arqam bin Abil Arqam 12 tahun
  5. Abdullah bin Mas’ud Menjelang 15 tahun
  6. Said bin Zaid Belum 20 tahun
  7. Saad bin Abi Waqqash 17 tahun
  8. Mas’ud bin Rabi’ah 17 tahun
  9. Ja’far bin Abi Thalib 18 tahun
  10. Shuhaib Ar Rumi belum 20 tahun
  11. Zaid binHaritsah menjelang 20 tahun
  12. Utsman bin Affan sekitar 20 tahun
  13. Thulaib bin Umair sekitar 20 tahun
  14. Khabbab bin Art sekitar 20 tahun
  15. Amir bin Fuhairoh 23 tahun
  16. Mush’ab bin Umair 24 tahun
  17. Miqdad bin Aswad 24 tahun
  18. Abdullah bin Jahsy 25 tahun
  19. Umar bin Khattab 26 tahun
  20. Abu Ubaidah bin Jarrah 27 tahun
  21. Utbah bin Ghazwan 27 tahun
  22. Abu Hudzaifah bin Utbah sekitar 30 tahun
  23. Bilal bin Rabah sekitar 30 tahun
  24. Khalid bin Said sekitar 30 tahun
  25. Amr bin Said sekitar 30 tahun
  26. Ayyasy bin Abi Rabi’ah sekitar 30 tahun
  27. Amir bin Rabi’ah sekitar 30 tahun
  28. Nu’aim bin Abdillah sekitar 30 tahun
  29. Utsman bin Madz’un sekitar 30 tahun
  30. Abdullah bin Madz’un 17 tahun
  31. Qudama bin Madz’un 19 tahun
  32. Saib bin Madz’un sekitar 10 tahun
  33. Abu Salamah bin Abdul Asad sekitar 30 tahun
  34. Abdurahman bin Auf sekitar 30 tahun
  35. Ammar bin Yasir antara 30-40 tahun
  36. Abu Bakar 37 tahun
  37. Hamzah bin Abdul Muthalib 42 tahun
  38. Ubaidah bin Harits 50 tahun
  39. Amir bin Abi Waqqash masuk Islam setelah urutan orang ke-10
  40. As Sail bin Utsman syahid di perang Yamamah (11 H) umurnya masih 30 tahun
Dan ini kalimat DR. Mahmud Muhammad ‘Imaroh,
Walau Quraisy terus menerus melakukan teror dan intimidasi terhadap orang-orang lemah…tetapi anak-anak muda itu justru mengumumkan keislaman mereka, dengan konsekuensi yang sedang menanti mereka berupa kesulitan hidup…dan terkadang harus mati!
Deretan angka-angka di atas menunjukkan kebenaran kalimat Ibnu Katsir bahwa kebesaran Islam ini lebih banyak ditopang oleh anak-anak muda.
Sebenarnya, skenario menjauhkan cara pandang yang benar terhadap generasi muda bukan hanya dilakukan sekarang dengan pola seperti ini. Berbagai cara dan pola telah lama mereka laksanakan.Mereka menyusupkan dengan perlahan tapi pasti berbagai teori racun. Targetnya jelas: menjauhkan anak-anak muda dari kebaikan mereka dan masjid mereka.
Seperti berbagai penelitian yang menyampaikan bahwa remaja adalah usia kerusakan, kegundahan, keguncangan, krisis, kenakalan. Pelajaran ini benar-benar tertanam pada orangtua. Sehingga, lagi-lagi mereka meyakini bahwa remaja harus melalui semua masalah itu. Jika ada anaknya yang baik-baik saja dan tidak melalui kekacauan itu, orangtua akan berkata, “Apa anak saya tidak normal ya?”
Lihatlah sebuah skenario besar dalam rentang puluhan bahkan ratusan tahun. Dan mereka berhasil meracuni pemikiran para pendidik dan orangtua muslim.
Padahal pemuda begitu positif dalam bahasa ayat, hadits dan ulama. Sehingga perlu sebuah upaya besar untuk membalik cara pandang tersebut sekaligus memberi obat dari masalah yang dihadapi oleh para pemuda kita.
Pemuda adalah kekuatan, inspirasi, kreatifitas, ledakan ruhiyah, ketegaran, kesegaran, enerjik, karya besar dan penopang peradaban Islam.
Pantas mereka takut ..
Ustadz Budi Ashari, Lc.
(adibahasan/arrahmah.com)
- See more at: http://www.arrahmah.com/kajian-islam/ustadz-budi-ashari-lc-pantas-mereka-takut.html#sthash.XohmTAen.dpuf
(Arrahmah.com) – Anak-anak muda yang membahayakan. Para teroris hadir. Sel-sel baru bermunculan. Pengajian-pengajian sumbernya. Masjid pusatnya. Terutama masjid sekolah-sekolah dan kampus. Kumpulan mereka perlu diwaspadai dan diawasi.
Lihatlah pola yang menggiring secara bertahap tapi pasti.Hasilnya sangat terlihat. Para orangtua banyak yang khawatir begitu melihat anaknya berubah menjadi baik. Seorang ibu ketakutan saat melihat anaknya liburan dari pesantrennya, karena melihat pakaian putrinya itu sangat rapi menutup aurat sesuai syariat Islam. “Apa anak saya sudah kerasukan pemikiran radikal?”
Efek buruk dan jahat ini merasuki otak dan hati para orangtua tanpa disadari. Dan anehnya, para orangtua lebih nyaman melihat anaknya bergaul tanpa batas. Itulah yang dianggap wajar. Mereka senang melihat anaknya menghabiskan waktu untuk melamun, karena dianggapnya sedang puber. Aneh….
Dan akhirnya para orangtua tanpa disadari memberi ‘wejangan’, “Hati-hati kalau ngaji di masjid.” Anak-anak muda yang rumit memilah jenis pengajian, akhirnya memutuskan untuk duduk-duduk di kafe, nongkrong di jalanan, bahkan tempat-tempat dosa. Dan mereka pun jauh dari masjid.
Luar biasa bukan…rencana jahat menjauhkan generasi muda dari masjid. Karena mereka sadar, tapi kita tidak sadar. Mereka tahu, tapi kita tidak tahu. Mereka membaca sejarahnya, kita tidak. Bahwa kebangkitan Islam itu berawal dari kebangkitan anak-anak mudanya.
Dengarkan penjelasan Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya saat menjelaskan tentang kata: Fityah (pemuda), dalam Surat Al Kahfi,
“…Untuk itulah kebanyakan yang menyambut (seruan) Allah dan Rasul Nya shallallahu alaihi wasallam adalah pemuda. Adapun orang-orang tua dari Quraisy, kebanyakan mereka tetap bertahan dalam agama mereka dan tidak masuk Islam kecuali sedikit saja.”
Untuk lebih menjelaskan kalimat tersebut, mari kita baca tulisan DR. Mahmud Muhammad ‘Imaroh, Dosen Universitas Al Azhar Mesir. Beliau menuliskan data usia mereka yang masuk Islam di masa dakwah rahasia Nabi (sepanjang 3 tahun), dalam buku beliau Khawatir wa taammulat fis sirotin nabawiyyah, h. 125-129. Beliau mengambilnya dari dari Majalah Al Wa’yu Al Islamy, Edisi 77. Perlu diingat di awal, jika ada perbedaan tentang usia dalam buku-buku siroh adalah merupakan hal yang wajar. Di sini dinukilkan apa adanya dari buku tersebut:
  1. Ali bin Abi Thalib 8 tahun
  2. Zubair bin Awwam 8 tahun
  3. Thalhah bin Ubaidillah 12 tahun
  4. Arqam bin Abil Arqam 12 tahun
  5. Abdullah bin Mas’ud Menjelang 15 tahun
  6. Said bin Zaid Belum 20 tahun
  7. Saad bin Abi Waqqash 17 tahun
  8. Mas’ud bin Rabi’ah 17 tahun
  9. Ja’far bin Abi Thalib 18 tahun
  10. Shuhaib Ar Rumi belum 20 tahun
  11. Zaid binHaritsah menjelang 20 tahun
  12. Utsman bin Affan sekitar 20 tahun
  13. Thulaib bin Umair sekitar 20 tahun
  14. Khabbab bin Art sekitar 20 tahun
  15. Amir bin Fuhairoh 23 tahun
  16. Mush’ab bin Umair 24 tahun
  17. Miqdad bin Aswad 24 tahun
  18. Abdullah bin Jahsy 25 tahun
  19. Umar bin Khattab 26 tahun
  20. Abu Ubaidah bin Jarrah 27 tahun
  21. Utbah bin Ghazwan 27 tahun
  22. Abu Hudzaifah bin Utbah sekitar 30 tahun
  23. Bilal bin Rabah sekitar 30 tahun
  24. Khalid bin Said sekitar 30 tahun
  25. Amr bin Said sekitar 30 tahun
  26. Ayyasy bin Abi Rabi’ah sekitar 30 tahun
  27. Amir bin Rabi’ah sekitar 30 tahun
  28. Nu’aim bin Abdillah sekitar 30 tahun
  29. Utsman bin Madz’un sekitar 30 tahun
  30. Abdullah bin Madz’un 17 tahun
  31. Qudama bin Madz’un 19 tahun
  32. Saib bin Madz’un sekitar 10 tahun
  33. Abu Salamah bin Abdul Asad sekitar 30 tahun
  34. Abdurahman bin Auf sekitar 30 tahun
  35. Ammar bin Yasir antara 30-40 tahun
  36. Abu Bakar 37 tahun
  37. Hamzah bin Abdul Muthalib 42 tahun
  38. Ubaidah bin Harits 50 tahun
  39. Amir bin Abi Waqqash masuk Islam setelah urutan orang ke-10
  40. As Sail bin Utsman syahid di perang Yamamah (11 H) umurnya masih 30 tahun
Dan ini kalimat DR. Mahmud Muhammad ‘Imaroh,
Walau Quraisy terus menerus melakukan teror dan intimidasi terhadap orang-orang lemah…tetapi anak-anak muda itu justru mengumumkan keislaman mereka, dengan konsekuensi yang sedang menanti mereka berupa kesulitan hidup…dan terkadang harus mati!
Deretan angka-angka di atas menunjukkan kebenaran kalimat Ibnu Katsir bahwa kebesaran Islam ini lebih banyak ditopang oleh anak-anak muda.
Sebenarnya, skenario menjauhkan cara pandang yang benar terhadap generasi muda bukan hanya dilakukan sekarang dengan pola seperti ini. Berbagai cara dan pola telah lama mereka laksanakan.Mereka menyusupkan dengan perlahan tapi pasti berbagai teori racun. Targetnya jelas: menjauhkan anak-anak muda dari kebaikan mereka dan masjid mereka.
Seperti berbagai penelitian yang menyampaikan bahwa remaja adalah usia kerusakan, kegundahan, keguncangan, krisis, kenakalan. Pelajaran ini benar-benar tertanam pada orangtua. Sehingga, lagi-lagi mereka meyakini bahwa remaja harus melalui semua masalah itu. Jika ada anaknya yang baik-baik saja dan tidak melalui kekacauan itu, orangtua akan berkata, “Apa anak saya tidak normal ya?”
Lihatlah sebuah skenario besar dalam rentang puluhan bahkan ratusan tahun. Dan mereka berhasil meracuni pemikiran para pendidik dan orangtua muslim.
Padahal pemuda begitu positif dalam bahasa ayat, hadits dan ulama. Sehingga perlu sebuah upaya besar untuk membalik cara pandang tersebut sekaligus memberi obat dari masalah yang dihadapi oleh para pemuda kita.
Pemuda adalah kekuatan, inspirasi, kreatifitas, ledakan ruhiyah, ketegaran, kesegaran, enerjik, karya besar dan penopang peradaban Islam.
Pantas mereka takut ..
Ustadz Budi Ashari, Lc.
(adibahasan/arrahmah.com)
- See more at: http://www.arrahmah.com/kajian-islam/ustadz-budi-ashari-lc-pantas-mereka-takut.html#sthash.XohmTAen.dpuf

Monday, 6 April 2015

Dewan Pers: 22 Situs yang diblokir bukan produk jurnalistik

JAKARTA (Ar-Rahmah)Pasca 22 situs media Islam diblokir oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Dewan Pers mengatakan situs-situs tersebut bukanlah produk jurnalistik. Demikian dilaporkan Kompas, Ahad (5/4/2015).
“Berdasarkan kajian tulisan-tulisan di situs itu bukan produk jurnalistik. Situs itu bukanlah pers,” ujar salah seorang anggota Dewan Pers Yoseph ‘Stanley’ Adi Prasetyo usai diskusi di sekretariat Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Kalibata, Jakarta Selatan, kemarin (5/4).
Stanley menegaskan bahwa, sebuah lembaga dikatakan pers jika memenuhi kriteria konten atau isi dan legal administratif. Dari sisi legalitas, sebuah lembaga pers harus memiliki badan hukum serta dianjurkan disahkan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Adapun dari sisi konten media, lanjut Stanley, lembaga pers tersebut juga harus taat pada kode etik jurnalistik (KEJ) dan taat kepada kepentingan publik. “Nah, 22 situs yang diblokir ini sama sekali tak memenuhi dua kriteria ini. Maka dari itu kami klasifikasikan mereka bukan pers,” ujarnya.
Guna mencegah penyebaran paham gerakan radikal di Indonesia, sebelumnya, Kementerian Kominfo memblokir sejumlah situs yang diduga berisi ajakan hingga ajaran gerakan-gerakan itu.
Beberapa situs yang diblokir, antara lain Voa-islam.com, Arrahmah.com, Ghur4ba.blogspot.com, Kalifahmujahid.com, Muslimdaily.net, Dakwahmedia.com, Gemaislam.com dan Hidayatullah.com. Belakangan, banyak pihak dari situs yang ditutup itu protes. Salah satunya adalah pemimpin redaksi Hidayatullah.com, Mahladi.
Ia membantah keras bahwa situsnya telah mengajarkan paham gerakan radikal. “Kami bukan pengecut. Kami, kalau ada salah, pasti kami perbaiki. Tapi tidak ada usaha atau upaya untuk mengklarikasi kepada kami sampai saat ini,” ujar Mahladi. (adibahasan/arrahmah.com)

Sunday, 5 April 2015

Keagungan Khilafah di Tangan Sulaiman Al-Qanuni


Sulaiman al-Qanuni lahir tahun 900 H, dan diangkat menjadi Khalifah setelah ayahnya wafat tahun 926 H, saat usianya 26 tahun. Pada zamannya, Negara Khilafah telah mencapai puncak kekuatan dan keluasan wilayahnya.
Dia telah menaklukkan Rodesia, 2 Shafar 929 H, dengan memanfaatkan masalah domestik Eropa, serta konflik di antara mereka, agar tidak membantu para rahib di pulau ini yang mereka kuasai. Para rahib itu pun berpindah ke Malta.
Semenanjung Krimea telah menjadi wilayah Khilafah ‘Utsmaniyyah tahun 939 H. Sebelumnya, wilayah ini dikuasai Tatar. Setelah terjadi konflik di antara para penguasanya, Khilafah ‘Utsmaniyyah akhirnya melibatkan diri, membantu wilayah tersebut, tetapi konflik di antara mereka belum reda, akhirnya wilayah ini pun diintegrasikan dengan wilayah Khilafah, dan masalahnya berhasil diselesaikan pada tahun 939 H.
Khalifah Sulaiman al-Qanuni juga pernah mengirimkan utusan khusus kepada Raja Austria untuk memintanya membayar jizyah. Namun, Raja justru membunuh utusan Khalifah. Ketika berita tersebut sampai ke kepada Khalifah, dia mengumpulkan pasukannya, dan memimpin pasukan tersebut untuk menyerang Austria. Dia memasuki kota Belgrad, setelah melakukan pengepungan singkat. Kota ini pun akhirnya ditinggalkan oleh tentara Austria.
Pada tahun 931 H, dia mengutus ibukota Aflak. Amirnya dibawa ke Istambul, ibukota Khilafah ‘Utsmaniyyah. Karena wilayah ini sebelumnya mengakui kekuasaan Khilafah ‘Utsmaniyyah, dan bersedia membayar jizyah kepada Khilafah. Namun, beberapa pihak telah berhasil melawannya dengan bantuan Amir Transilvania, kemudian mereka mengangkat Amir baru. Khalifah pun setuju, dengan tambahan jizyah.
Raja Perancis pernah meminta bantuan Khalifah Sulaiman al-Qanuni untuk melawan Raja Austria. Raja Prancis mengirimkan utusannya untuk menemui Khalifah ‘Ustmaniyyah dalam kaitannya dengan urusan ini. Khalifah pun menjanjikan bantuan kepadanya. Memang, Khalifah pun memimpin 100 ribu personel tentara tahun 932 H, ditambah 800 kapal perang yang bertolak ke sungai Danub. Khalifah telah menjadikannya sebagai pangkalan militer di Kota Belgrad.
Raja Luis telah berhasil dibunuh, dan masuk ibukota Buda, 3 Dzilhijjah 932 H. Amir Transilvania, John Zabula, diangkat sebagai penguasa Austria. Khalifah pun setelahnya kembali ke Istambul. Hanya saja, setelah Khalifah kembali ke Istambul, tahun 933 H, Raja Ferdinand, saudara Raja Austria, Charlkan, mengklaim Austria, lalu menyerang ibukota Buda. John Zabula pun kalah. Maka, tahun 935 H, Khalifah berangkat ke sana, mengepung Buda. Raja Ferdinand pun melarikan diri menuju ke Wina. Khalifah pun mengejarnya, dan mengepung kota tersebut.
Tanggal 20 Shafar 937 H, Khalifah pun menginstruksikan untuk menyerang Wina. Pada tahun 938 H, Raja Austria mengirimkan pasukan untuk membantu Buda, namun tidak sanggup melawan benteng ‘Utsmaniyyah. Pada tahun 939 H, Khalifah memutuskan untuk kembali. Pada saat yang sama, Raja Chalrkan telah menyiapkan armada tempurnya, sehingga berhasil merebut beberapa kepulauan Yunani, dan beberapa wilayah ‘Utsmaniyyah. Setelah itu, terjadilah Perjanjian antara Austria dengna Khalifah ‘Utsmaniyyah.
Di zamannya, Amerika Serikat juga pernah membayar jizyah. Dialah yang pertama kali menetapkan UU negara, dengan menjadikan kitab Multaqa al-Abhur, sebagai kitab UU yang diberlakukan di dalamnya. Karena itu, dia dijuluki al-Qanuni.

Sumber :  http://hizbut-tahrir.or.id/2015/01/06/keagungan-khilafah-di-tangan-sulaiman-al-qanuni/

Istilah ‘Radikal’, Alat Untuk Membungkam Perjuangan Umat Islam

Oleh : Adi Victoria
Tanda pagar (Tagar) #KembalikanMediaIslam menjadi trending topic di socmed twitter setelah diblokirnya 19 situs Islam oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemkominfo) berdasarkan surat permintaan dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). BNPT mengajukan pemblokiran kepada Kemkominfo surat bernomor No 149/K.BNPT/3/2015 Tentang Situs/Website Radikal. BNPT beranggapan bahwa ke 19 situs tersebut sebagai website yang menyebarkan paham atau simpatisan radikalisme.
Istilah Radikal
Kata radikal berasal dari kata radix yang dalam bahasa Latin artinya akar. Dalam kamus, kata radikal memiliki arti: mendasar (sampai pada hal yang prinsip), sikap politik amat keras menuntut perubahan (undang-undang, pemerintahan), maju dalam berpikir dan bertindak (KBBI, ed-4, cet.I, 2008).
Maka kalau kita kembalikan radikal kepada pengertian asalnya, maka kata radikal adalah sebuah kata yang bersifat ‘netral’, tidak condong kepada sesuatu yang bermakna positif atau negatif. Positif atau negatif tergantung dengan apa kata radikal itu dipasangkan. Contoh misalnya “Muslim Radikal”, maka artinya adalah seorang muslim yang sangat memegang prinsip hidupnya sesuai dengan keyakinannya yakni agama Islam. Dimana baik secara keyakinan, ucapan dan perbuatan semuanya dikembalikan kepada agama Islam sebagai bentuk prinsip hidupnya. Dan memang sudah seharusnyalah begitu sikap seorang muslim. Jangan sampai mengaku beraqidah Muslim, namun dari segi ucapan dan perbuatan menunjukkan yang sebaliknya. Ibarat orang yang sedang sholat dimana kiblatnya menghadap ke ka’bah, namun dari ucapan dan perbuatan berkiblat kepada kehidupan barat yang sekuler-kapitalistik.
‘Radikal’ sebagai alat propaganda
Salah satu keberhasilan barat dan musuh Islam adalah menjadikan opini istilah radikal diidentikkan dengan faham atau aktivitas fisik yang bersifat kekerasan yang dilakukan oleh umat Islam. Sebagaimana istilah teroris yang dinisbatkan kepada umat Islam, jika pelakunya bukan umat Islam, maka tidak akan disebut sebagai aksi terror, tapi ‘hanya’ tindak pelaku kriminal murni.
Istilah radikal dan teroris kemudian menjadi alat propaganda yang digunakan oleh musuh-musuh Islam kepada kelompok atau negara yang berseberangan dengan  ideologi dan kepentingan Barat.  Islam radikal kemudian digunakan secara sistematis terhadap pihak-pihak yang menentang sistem ideologi Barat (Kapitalisme, Sekularisme dan Demokrasi), yang ingin memperjuangkan penerapan syariah Islam secara kaffah, Khilafah Islam, menginginkan eliminasi Negara Yahudi dan melakukan jihad melawan Barat. Semua ini akan disebut sebagai faham atau sikap yang radikal, dan khusus di Indonesia akan disebut faham atau sikap yang membahayakan keutuhan dan kedaulatan NKRI.
Dosen IAIN Sunan Ampel Surabaya, Dr. Imran Mawardi MA, mengatakan, istilah radikalisme sengaja dibuat oleh Barat untuk menghancurkan umat Islam. Sebab, pasca keruntuhan Komunisme, satu-satunya ideologi yang menjadi ancaman paling menakutkan bagi dunia Barat adalah Islam. (Hidayatullah.com.)
Oleh karena itu, penting sekali bagi kita umat Islam untuk semakin memahamkan dan menyadarkan masyarakat akan akan adanya penyesatan opini terhadap istilah radikal yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak ingin melihat umat Islam secara ideology bangkit dan menggantikan ideologi kapitalisme-sekuleris yang sekarang masih mendominasi negeri-negeri kaum Muslim, dimana sejatinya ideologi Kapitalisme itulah yang merupakan ancaman nyata bagi negeri-negeri tersebut, termasuk di dalamnya Indonesia, dimana benar secara fisik sejak sejak 17 Agustus 1945 kita sudah merdeka, namun secara politik, ekonomi, sosial, budaya dan hukum, kita masih di jajah, inilah yang disebut dengan neo-imperialisme dan neo-liberalisme. Wallahu a’lam bisshowab.[] 

Sumber :http://hizbut-tahrir.or.id/2015/04/03/istilah-radikal-alat-untuk-membungkam-perjuangan-umat-islam/
Hey, we've just launched a new custom color Blogger template. You'll like it - https://t.co/quGl87I2PZ
Join Our Newsletter